“Gadis Peradaban Kota, Kematian Suluh Budaya, Gunung Botak, Merpati, Mekar” Puisi-Puisi Karya Moehammad Abdoe
Gadis Peradaban Kota
Serupa itu lapar bertandang kepadamu
wajahnya penuh murung
dengan kepak mega dan benang langit yang menjuntai
membasahi kotamu
Jakarta (kota) metropolitan
tak ada lagi huma, angin, lembah, dan bukit
seperti bukan senyum gadis perawan dari desamu
hidupnya tak lagi mempunyai tanda
(Jakarta, 2021)
Kematian Suluh Budaya
Hutan itu akan dibangun gedung megah
benih-benih yang dulu kau tanam
tumbuh sebatang di halaman
berbuah berkali-kali buah terserak
diserampang bangsa pencuri
sebagiannya lagi habis terjual di pasar
Sepulang siang ibu menenteng oleh-oleh
bapak mabuk gadung di halaman
barangkali, budaya luhur yang dulu kau junjung
juga akan hilang dari ingatan anak cucumu
(Ngawi, 2022)
Gunung Botak
Hidangan emas dari Yang Maha Pemurah
dari ceruk rantau Gunung Botak menjadi rujukan orang-orang nestapa
Daun biru pelangi membungkus tubuhnya yang terjal
menampung kekejaman penambang
yang siap mengikis hidangan
Orang-orang nestapa dari segala kalangan
serempak serentak meniti buih lubang harapan
Jiwa dan raga mereka kerahkan
di antara galian-galian terjal
nyawa mereka taruhkan
(Pulau Buru, 2018)
Merpati
Merpati
jemputlah kekasih
tatkala ia bertanya
jawablah karena cinta
Rayu dan cium
sambutlah dengan senyum
gamit dan kepakkan sayapmu
terbanglah sampai tujuh
(Pulau Buru, 2018)
Makar
Jangan bertanya diri siapa aku sebenarnya
untuk apa dan mengapa bumi diciptakan
Pergilah ke mana mungkin kakimu dapat berlari
gunting tali sampulmu dengan tuhan
(Malang, 2020)
Biodata Penulis:
Moehammad Abdoe, lahir dan menetap di Malang, pelopor komunitas Pemuda Desa Merdeka, menulis puisi dan cerpen yang dimuat di berbagai surat kabar dan majalah. 3 buku antologi puisi tunggal terbarunya berjudul Debar Waktu (Elex Media Komputindo, 2021), Sehelai Lontar (Prabu 21, 2021), Sebutir Debu (Guepedia, 2021).