Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Puisi

“Narasi 2021, Ibu, Ayah” Puisi-Puisi Karya Moh. Reza

NARASI 2021

Di pagi yang porak-poranda

media bersitegang pada kebijakan penguasa

peristiwa demi peristiwa seakan menjadi air yang mengalir ke hulu

mencari mangsanya untuk kematian

Di tengah riuhnya omong kosong

rakyat di paksa menjual tanah

sebagai modal kesejahteraan katanya

namun, kegirangan itu hanya sebagai tamu yang diam-diam merenggut nyawa tuan rumah

sementara dengung pembelaan terdengar dari sudut desa

ibu-ibu yang gagah menghadang para robot besi

dilumpuhkan suaranya.

ada yang menangis kehilangan saudara

ada yang meratap tak tahu tinggal di mana

bahkan ada yang merengang nyawa dari serakahnya senjata tukang bakso

Pemimpin yang gagah tak berkutik

kuat hanya pada belusukan saja

sementara rakyat memilihnya

berkuasa rakyat dibunuhnya.

Tuhan mengapa kau biarkan seringala itu menggonggong

hidup di bumi mu yang indah ini

mengapa kau sudi memelihara mereka

sedang tubuh kami sudah habis dicabiknya

hingga nyawa-nyawa beterbangan tanpa ada yang menggugat

IBU

maret minggu kedua

hidangan cantik terpancar pada senyumnya

ibu memberikan sepotong roti yang dihiasi dengan berwarna rindu

waktu itu saya baru menjama beberapa pelukan hangat

lima menit menjelang menyeduh kopi di samping rumah ayah

sementara Ramadan sangat dekat dengan pelabuhan

kali ini ibu benar-benar tak ikut untuk mengarunginya

sebab tiga tahun silam ia sudah menguras air mata

aku sudah pasrah, hanya bisa memelihara bercak-bercak waktu

derita yang kuat kini kutuliskan pada deretan surat kabar

setiap membacanya kembali aku melihat senyum ibu pada pada bait pertama puisi ini

dihamparan kota kasih ibu masih terjaga

ketika jalanan macet kubanyangkan ibu sedang menjahit bulan

yang  terluka  oleh rindu  ayah yang sebenarnya lebih terluka  dari aku

AYAH

Menjelang  magrib langit mencetak jingga merona

menggunakan baju logam yang terbuat dari pagi

ayah datang dari pintu belakang

tanpa salam menyusuri dapur

beberapa lelah terjatuh ketika sandar dikursi buatannya sendiri

ayah sudah pulang setelah seharian bekerja untuk anaknya

juga senja yang berpamitan secara tragis

barangkali ayah ingin berbaring.

tak meninggalkan kata

sebait puisi, sepucuk surat juga hangat sapaannya

aku tahu tuhan telah meciptakan lelah ditubuhnya

semasa hidupnya memapah perut lapar anaknya

seluruh tubuhnya sudah menjadi kerja untuk keluarga

Biodata Penulis:

Reza Mahasiswa Universitas Tadulako Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, lahir di Ogotua pada tanggal 5 Juni 1999. Tinggal di desa Mekar Baru, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *